Banyak sekali teori yang membahas tentang asal usul agama, tapi disini saya hanya menampilkan beberapa teori saja. teori-teori yang saya tampilkan ini adalah teori yang umum yang membahas tenteng asal-usul suatu agama
Pengertian Agama
Kata
“agama” berasal dari bahasa sangsekerta,
yang terdiri dari kata “a” yang berarti tidak dan kata “gam” yang berarti
pergi. Jadi agama secara etimologis berarti tidak pergi, tetap di tempat,
langgeng, abadi, yang di wariskan secara terus menerus dari satu generasi ke
generasi yang lainnya. Namun pada umumnya “agama” di artikan tidak kacau yang
secara analitis diuraikan dengan cara memisahkan kata “a” berarti tidak dan
“gama” yang berarti “kacau”. Hal ini berarti manusia yang memeluk agama dan
mengamalkan ajaran agamanya dengan sungguh-sungguh hidupnya tidak akan
mengalami kekacauan.
1. Teori Jiwa
Edwar Burnet
Taylor (1832-1917) dalam bukunya yang sangat terkenal, The
Primitif Culture (1872) yang mengenalkan teori anisme. Ia mengatakan
bahwa asal mula religi adalah bersamaan dengan adanya kesadaran pada manusia
akan adanya roh atau jiwa. Mereka memahami adanya mimpi dan kematian, yang
mengantarkan mereka sampai pada pengertian bahwa kedua peristiwa itu, mimpi dan
kematian adalah bentuk pemisahan antara roh dan tubuh kasar.
Roh orang
yang telah meninggal akan kekal walau jasad telah hancur, dan di yakini roh
dapat mengunjungi manusia, menolong manusia, menggangu kehidupan manusia dan
juga menjaga manusia yang masih hidup, terutama anak cucunya atau keluarga
serta teman sekampung.
Beals,dan Hoijer
Mengatakan bahwa ada perbedaan antara pengertian roh dengan makhluk halus,
roh adalah bagian halus dari setiap makhluk yang mampu hidup terus sekalipun
jasadnya telah mati, sedangkan makhluk halus sejak terjadinya sejak terjadi
adalah seperti itu, contohnya pero, mambang, dewa-dewi yang dianggap berkuasa.
Tingkat
dasar pada evalusi agama, manusia percaya makhluk halus tinggal di sekeliling
tempat tinggal manusia yang tidak dapat dilihat oleh pancaindra. Mereka dapat
melakukan hal yang tidak bisa dilakukan manusia. Kepercayaan semacam ini maka
makhluk halus jadi objek penghormatan dan penyembahan manusia bagi manusia yang
mempunyai iman yang lemah, kepercayaan ini disebut anisme oleh E.B.
Taylor
Tingkat
selanjutnya pada evalusi agama, manusia percaya bahwa gerak alam disebabkan
oleh jiwa yang berada di belakang peristiwa dan gejala alam. Sungai-sungai yang
mengalir, gunung yang meletus, angin topan yang menderu, pergerakan matahari,
bulandan tumbuh-tumbuhan, semuanya disebabkan oleh jiwa alam ini. Jiwa alam
dipersonifikasikan dianggap sebagai makhluk pribadi dan mempunyai kemauan dan
pikiran. Tingkat kedua inilah disebut politeisme ( Poli berarti banyak
dan theos berarti Tuhan)
Tingkat ketiga
adalah manisme (Pemujaan terhadap roh nenek moyang).
2.
Teori Batas Akal
James G.
Frazer, dalam bukunya The Golden Bouch : a study in Magic and
Religion (1880) volume I : manusia memecahkan persoalan-persoalan hidupnya
dengan akal dan sistem pengetahuannya. Akan tetapi, akal dan sistem pengetahuan
ada batasnya. Teori batas akal ialah suatu teori yang menyatakan bahwa
terjadinya agama disebabkan manusia mengalami gejala yang tidak dapat
diterangkan oleh akalnya. Semakin meluasnya perkembangan ilmu dan tekhnologi,
makin maju kebudayaaan manusia maka makin luas batas akal.
Banyak
persolan hidup yang tidak dapat dipecahkan oleh akal sehingga dipecahkan dengan
magic atau ilmu gaib. Namun ketika terbukti banyak dari perbuatan magicnya tidak ada hasil, sehingga lebih percaya
kepada makhluk-makhluk halus yang lebih berkuasa dari pada manusia. Sehingga
manusia membina hubungan dengan makhluk halus. Dari sini timbullah unsur
religi.
R.. First dalam
bukunya Human Types mengemukakan perbedaan antara magic dan religi.
Magic adalah serangkaian perbuatan manusia untuk mengontrol alam semesta,
sedangkan religi adalah respon manusia terhadap kebutuhan akan konsepsi yang
tersusun mengenai alam semesta dan sebagai mekanisme dalam rangka mengatasi
kegagalan yang timbul akibat ketidak mampuan manusia untuk meramalkan dan
memahami kejadian alam.
3.
Teori Krisis dalam Individu
Teori ini
disebut juga masa krisis dalam hidup individu yang dikemukakan oleh M.Crawley
dalam bukunya The True of life (1905)
yang menyebutkan bahwa kelakuan keagamaan manusia itu terjadi untuk menghadapi
krisis-krisis yang ada dalam kehidupan manusia itu sendiri dan duirakan secara
luas oleh A.Van Gennep dalam bukunya rites de Passage (1910).
4.
Teori Kekuatan luar biasa
R.R Marett, dalam
bukunya The Threhold ofreligion mengatakan bahwa agama dan sikap religi
dari manusia terjadi karena adanya kejadian luar biasa yang menimpa hidup
manusia. Kejadian luar biasa ini terdapat di lingkungan sekeliling. Marett mengkritik
pendapat Edward B.Taylor yang mengatakan bahwa timbulnya agama karena
adanya kesadaran pada manusia terhadap adanya jiwa. Menurut Marett Kesadaran seperti itu terlalu rumit dan
terlalu kompleks bagi ukuran pikiran manusia yang baru saja ada pada kehidupan
di muka bumi ini. Dan ia mengajukan teori baru katanya bahwa pangkal dari segi
segala kelakuan keagamaan pada manusia ditimbulkan oleh suatu perasaan rendah
diri terhadap adanya gejala dan peristiwa yang dianggap luar biasa dalam
kehidupan manusia. kekuatan yang melebihi kekuatan yang telah dikenal manusia
dalam alam sekeliling disebut Supernatural.
5.
Teori Sentimen kemasyarakatan
Satu teori
yang mengatakan bahwa agama yang permulaan itu disebabkan adanya suatu getaran
atau suatu emosi yang ditimbulkan dalam jiwa manusia sebagai akibat dari
pengaruh rasa kesatuan sebagai sesama warga masyarakat. Teori ini diperkenalkan
oleh seorang sarjanah perancis, Emille Durkheim yang diuraikan dalam
bukunya Les Fornes Elementaries de lavia Religiuse diterjemahkan dalam
bahasa inggris The Elementary Forms of
The Religius life. Durkheim kemudian mengemukakan teori
dasar-dasar agama sebagai berikut :
1.
Suatu kekuatan yang menyebabkan hidup dan bergerak di dalam alam,
melainkan karena sesuatu getaran jiwa, suatu emosi keagamaan, yang timbul di
alam jiwa manusia dahulu, karena pengaruh sentimen kemasyarakatan.
2.
Sentimen kemasyarakatan dalam batin manusia dahulu adalah berupa suatu
kompleks perasaan yang mengandung rasa terikat, rasa berbakti, rasa cinta
terhadap masyarakat itu sendiri yang merupakan lingkungan alam dunia tempat ia
hidup.
3.
Sentimen kemasyarkatan yang menyebabkan timbulnya emosi keagamaan yang
merupakan pangkal dari segala kelakuan keagamaan manusia itu tidak selalu
berkobar-kobar dalam alam batinnya.
4.
Emosi keagamaan yang timbul karena rasa sentimen kemasyarakatan
membutuhkan suatu objek turunan.
5.
Objek keramat merupakan lambang masyarakat dengan benda atau binatang
yang dikeramatkan, objek keramat disebut juga totem. Totem adalah mengkongkritkan
prinsip totem di belakangnya, prinsip totem adalah suatu kelompok tertentu di
dalam masyarakat berupa clan atau lainnya.
Dari
pendapat diatas dapat diambil kesimpulan
dalam menentukan bentuk lahir dari suatu agama, yaitu : objek kramat (sakral),
tidak kramat (profan), dan totem.
6.
Teori Wahyu Tuhan
Andrew Lang dari inggris mengatakan bahwa
kelakuan religius manusia manusia terjadi karena mendapat wahyu atau semacam
firman dari Tuhan melalaui seorang manusia pilihan
0 comments:
Post a Comment