Dibawah ini
saya mencoba untuk sedikit menyampaikan beberapa hal mengenai tentara
kebanggaan TNI AD yang bernama kopassus. Saya berusaha menjauhi informasi
formal yang sudah sering kita baca di koran-koran, apa yang ada ini lebih
berupa “inside Kopassus”
Motto : BERANI—BENAR—BERHASIL
Kilasan Sejarah Kopassus dibentuk oleh Kolonel E Kawilarang yang waktu menjabat
Sebagai Panglima TT III / Tentara Teritorium siliwangi. Ia memanggil seorang
bekas tentara KNIL yang memilih menjadi WNI, ketika terjadi perang
DI/TII,namanya Mayor Ijon Jambi (orang Belanda, Nama aslinya RB Visser).
Kopassus diresmikan oleh AH Nasution pada waktu
itu dan hanya 6 bulan berada dibawah TT III Siliwangi sebelum akhirnya dimabil
alih oleh AD. Baretnyapun berwarna merah, karena memang mengambil alih konsep
pasukan Belanda “roode baret”. Mengenai warna baret ini perlu kita ketahui
bersama bahwa seluruh pasukan khusus di dunia menggunakan warna hijau,
sedangkan pasukan “airborne/ lintas udara” nya berwarna merah. Tapi di
Indonesia terbalik, justru pasukan khususnya yang menggunakan baret warna merah.
Struktur Organisasi saat ini Kopassus terdiri
atas 5 Grup (istilah grup hanya dipakai oleh Special Forces dibeberapa negara
didunia, sedangkan tentara pada umumnya menggunakan istilah Batalyon,
Detasemen, Brigade dan Divisi). Setiap Grup dipimpin oleh seorang Pamen
berpangkat Kolonel. Dari prajurit sampai dengan Kolonel adalah tentara yang
profesional dan terlatih terus, baik secara fisik maupun mental. Jadi jangan
dibayangkan bahwa semakin tinggi pangkat atau tua usia seorang prajurit Kopassus itu akan jadi lamban seperti
tentara pada umumnya. Sangat sulit menemukan anggota TNI yang pensiun di
Kopassus, karena begitu fisiknya tidak memadai, Ia akan langsung mutasi ke
Satuan lainnya.
Grup ini baru dimekarkan oleh Letjen Prabowo,
sehubungan dengan AGHT (Ancaman, Gangguan, Hamabatan dan Tantangan) yang ada di
depan kita di masa mendatang. Diperkirakan tidak akan ada perang dalam skala
besar tapi justru skala kecil intensitas tinggi (terorisme, penculikan dll). Sebagaimana layaknya Pasukan Khusus didunia,
maka Kopassus dibentuk untuk menghadapi perang dalam skala kecil tapi
berintensitas tinggi, seperti terorisme.
Grup 3 berlokasi di Batujajar, Jabar (dekat
Cimahi) dan merupakan Pusdikpasus (pusat Pendidikan Kopassus). Tempat
latihannya berada disekitar Bandung sampai dengan Cilacap Jawa Tengah. Group 1
– 3 bekualifikasi PARA KOMANDO (semua anggotanya harus Mengikuti latihan terjun
payung dasar/tempur )
Grup 4 disebut Sandhy Yudha dan berlokasi di
Cijantung Jakarta, merupakan orang pilihan dari 3 grup pertama yang dilatih
kembali menjadi berkualifikasi Intelejen Tempur, dengan tugas menghancurkan
lawan digaris belakang pertahanan lawan (penyusupan).
Mereka adalah tentara profesional yang dalam
pergerakannya dalam bentuk Unit (istilah dalam Special Forces, dalam tentara
biasa disebut Regu, Peleton atau Kompi) berjumlah sekitar 5 orang. Dalam masa
damai seperti saat ini, mereka mendapat tugas Intelejen Teritorial, misalnya
mengetahui karakteristik demografi suatu daerah, pendukung dana yang bisa
dimanfaatkan, tokoh-tokoh masyarakat, preman-preman dll.
(Sebagai informasi saja, bahwa sejak bulan Juni
1997, Kopassus mengirimkan team kecilnya keseluruh kota-kota besar di Indonesia
dengan tugas RAHASIA, karena TNI yang lainpun tidak mengetahui dengan pasti apa
tugas mereka. Di beberapa lokasi / Kodam, tentara lokalnya bahkan tersinggung
karena seolah-olah dianggap tidak mampu me manage daerahnya. Mereka ditarik
kembali ke Jakarta pada bulan Januari 1998).
Kehebatan lain Grup ini adalah pola perilaku
dan penampilannya yang sama sekali tidak mirip tentara . Misalnya cara bicara
tidak patah-patah, rambut panjang, tidak pernah menghormat atasan atau yang
pangkatnya lebih tinggi bila bertemu di luar Ksatrian mereka. Jadi sangat jauh
dengan gaya Serse Polisi atau Intel Kodim dll. yang kadangkala justru
menunjukkan kalau dirinya Intel. Mereka tidak ngantor setiap hari dan sangat
jarang pakai seragam, hanya pada saat tertentu saja mereka kembali ke kantor
(misalnya 2 minggu sekali untuk laporan atau mendapat tugas baru). Jadi pada
prinsipnya mereka sangat aktif berkecimpung dalam kehidupan masyarakat biasa
misalnya di RT/RW, Perkumpulan Terjun Payung, Jeep Club dll. (terutama bagi
mereka yang tidak tinggal di Ksatrian). Group ini sangat profesional dalam
penyamarannya dan juga sudah mendapatkan pendidikan Perang Kota dari Green
Beret US Army. Di Timor Timur, Aceh dan Irian (3 hot spot di Indonesia yang
sering digunakan sebagai ajang latihan juga) mereka menyusup sampai ke kampung
-kampung dan membentuk basis perlawanan terhadap GPK dari masyarakat lokal
sendiri. Oleh karenanya kemampuan menggalang massa nya sangat terlatih.
Grup 5 (atau yang dikenal sebagai Detasemen 81,
karena keberhasilannya dalam peristiwa pembajakan pesawat di Don Muang,
Muangthai Thailan tahun 1981) adalah orang pilihan dari Group 4 dan merupakan
yang terbaik yang dimiliki Kopassus. Mereka memiliki Ksatrian tersendiri di
Cijantung dan terisolir. Klasifikasinya adalah ANTI TERORIS dan akan selalu
mengikuti perjalanan kenegaraan Presiden. Pengetahuan orang bahkan TNI sendiri
tentang Grup ini
sangat minim, karena mereka sangat terisolir dan rahasia. Sebuah sumber mengatakan bahwa mereka mengikuti pola GSG 9 Jerman (Pasukan elite polisi Jerman, yang berhasil dalam pembebasan sandera di Kedutaan besar Jerman di Iran). Mengingat Prabowo adalah satu-satunya Perwira Indonesia yang pernah lulus dalam pendidikan anti teroris di GSG 9.
Namun demikian saat ini mereka sudah mulai
mencampurkan pola latihannya sehubungan dengan banyaknya perwira yang dilatih
oleh Green Berets US Army (misalnya Mayjen Syafrie Syamsudin). Peralatan yang
mereka miliki sangat canggih dan tidak ada bedanya dengan satuan elite tentara
lainnya di dunia.
LATIHAN
Jadi pendidikan awal seorang Kopassus adalah
mengambil kualifikasi KOMANDO yang harus dijalani sekitar 6 bulan. Materi
latihan meliputi Perang Hutan, Buru Senyap, Survival (dilakukan di daerah Situ
Lembang dilanjutkan dengan long march ke Cilacap Jawa Tengah untuk latihan rawa
laut, survival laut, pendaratan pantai dll.
Selain itu juga mereka harus mengambil
pendidikan PARA DASAR Tempur dengan materi yang meliputi terjun malam, terjun
tempur bersenjata dan diterjunkan di Hutan (membawa senjata, ransel, payung
utama dan payung cadangan).
Dalam semua latihannya mereka akan menggunakan
peluru tajam, oleh karenanya tidaklah heran bila hampir dalam setiap latihan
selalu ada siswa yang meninggal dunia karena berbagai sebab (kelelahan,
kecelakaan dll).
Standard yang dipakai di Kopassus sangat amat
ketat, bagi yang fisiknya kurang mampu atau mentalnya lemah, jangan harap bisa
bertahan didalam latihan ini, atau di Satuan ini. Kesalahan sekecil apapun
tidak akan ditolerir, karena memang tugas mereka sangat berbahaya. Setiap
anggota Kopassus harus memiliki keahlian khusus seperti menjadi penerjun payung
handal (Combat Free Fall), penyelam, penembak mahir (sniper), Daki Serbu,
Komputer/perang elektrokika, perang psikologi, menguasai sedikitnya 2 bahasa daerah
bagi para tamtama dan bintara dan bahasa asing untuk para perwiranya.
Mereka diseleksi secara ketat, baik oleh Team
Kes AD (Kesehatan), PSIAD (Dinas Psikologi AD) dan Team Jas AD
(Jasmani/Kesemaptaan). Proses seleksi ini pada dasarnya berjalan terus menerus
sampai dengan selesainya latihan, seorang Pasis (Perwira Siswa) yang melakukan
kesalahan pada hari terakhir latihan, akan langsung dipecat, artinya tidak ada
kompromi. Oleh karenanyalah, LOYALITAS terhadap perintah atasan sangat penting
dalam organisasi ini.
0 comments:
Post a Comment